bayan Ust. Muhammad Luthfi Al Banjari

Syuro Indonesia

Ass. Wr. Wb.

Ada dua kiat menghadirkan Nusrotullah karena tidak ada satupun yang bisa kita selesaikan tanpa pertolongan Allah SWT. Bahkan Nabi SAW menganjurkan kepada kita untuk memperbanyak dzikir bacaan “La Haula Wala Quwwata Illa Billah” ( tidak ada kekuatan selain kekuatan Allah). Ini maksudnya apa ? Maksudnya adalah tidak ada satu kekuatan kita untuk melakukan ketaatan ataupun menghindari kemaksiatan selain dari pertolongan Allah.Begitupula kita sebagai hamba yang sangat berhajat kepada pertolongan Allah diwajibkan atas kita membaca doa sebanyak 17 kali dalam satu hari “Iyyakana Budu wa Iyyaka nashta’in” (Kepadamulah aku menyembah dan memohon pertolongan).

Allah menjanjikan kepada siapa Nusrotullan / pertolongan Allah akan diberi :

1. Firman Allah SWT : Intansurrulloha yansurkum : “Barangsiapa membantu agama Allah pasti Allah akan membantu kalian”

2. Sabda Nabi SAW : Wallahu fi ainil abdi makana abduhu fi aunil akhi : “Allah akan membantu seorang hamba selama hambanya membantu saudaranya tersebut.”

Ada 2 kerja yang bisa mendatangkan pertolongan Allah tersebut :



1. Membantu Agama Allah

2. Membantu Saudara Kita

Waktu Ijtima di Pakistan, datanglah seorang pemain cricket yang terkenal diantara negara2 commonwealth (jajahan ingris), namanya Imron. Pemain kaya karena hasil olah raganya. Imran ini pergi menghadap Maulana Saad, sampai akhirnya ditaskyl oleh Maulana Saad untuk pergi di jalan Allah. Namun si pemain cricket ini mengatakan bahwa dia tidak punya waktu dikarenakan kesibukannya. Sebaliknya dia mengatakan bahwa walaupun dia tidak mempunyai waktu tapi dia sudah banyak menyisihkan hartanya di sedekahkan untuk pembangunan mesjid, madrasah, dan panti asuhan yatim piatu, dsb. Jadi dia merasa harta yang dia dapatkan sudah dia sisihkan untuk kebaikan umat islam. Lalu apa jawabnya Maulana Saad :

“Wahai Imron kamu sudah berbuat membantu umat islam tapi kamu belum membantu agama islam”

Ini beda antara membantu ummat islam dan membantu agama islam , contohnya :

1. Panti Asuhan Yatim Piatu ini dibangun untuk memelihara ummat islam

2. Mesjid dibuat bagus2, pasang kipas, kasih karpet ini agar umat islam nyaman ibadahnya. Padahal Mesjid Nabi SAW sendiri cuman terbuat dari pelepah kurma dan pasir tidak ada kipas dan karpet. Sebenarnya tanpa mesjidpun kita bisa sholat. Di Sudan mesjid cuman dipatok dengan batu. Untuk apa ada mesjid ini untuk Ummat islam.

3. Madrasah dibangun agar bisa memberi kenyamanan bagi ummat islam untuk belajar. Dijaman Nabi SAW mereka belajar dibawah-bahan pohon tidak ada madrasah di jaman Nabi SAW.

Inilah yang menjadi pertanyaan bagi Maulana saad :

“Kamu memang sudah membantu ummat islam namun apa yang sudah kamu kerjakan untuk agama islam ?”

Mendapatkan pertanyaan seperti ini si Imron ini terkejut, karena baru kali ini ada ulama yang bertanya seperti itu. Sekarang banyak orang yang sudah merasa membantu agama islam padahal belum, ini dikarenakan yang mereka lakukan adalah untuk membantu ummat islam, bukan agama islam. Kita tidak boleh menafikan apa yang orang sudah lakukan untuk ummat islam, karena semuanya juga berpahala dilakukan. Dari membangun mesjid, madrasah, panti asuhan, semuanya ini mendatangkan pahala.

Namun Janji Allah adalah “Barangsiapa membantu agama Allah maka Allah akan bantu dia”

Janji Allah yang pertama ini adalah bagi yang membantu agama Allah baru Allah akan bantu kita. Bagaimana membantu agama Allah ini adalah dengan dakwah yaitu berangkat 3 hari, 40 hari, dan 4 bulan fissabillillah, dengan harta dan diri sendiri.

Kita berkumpul disini dari seluruh propinsi untuk memikirkan kepentingan dakwah atau agama. Kita berkumpul disini tidak untuk bermusyawarah memikirkan bagaimana membangun mesjid, ataupun membangun madrasah, ataupun membangun panti asuhan, ataupun kita angkat senjata untuk membantu temen kita berperang disana, tidak ini bukan tujuan kita bermusyawarah disini. Itu nanti musyawarah lain. Tapi yang kita pikirkan disini adalah membantu agama Allah yaitu bagaimana agama wujud, agama dapat tersebar, dan rombongan-rombongan dakwah dapat diberangkatkan.

Untuk memahami ini jangankan kita diantara para sahabatpun juga terjadi perbedaan yang cukup menyolok untuk memahami perkara ini. Terjadi perbedaan yang keras antara satu orang sahabat melawan argument seluruh sahabat. Apalagi kita-kita ini yang berusaha untuk memahami. Menjelang Nabi SAW meninggal dunia satu hari sebelumnya Nabi SAW memberikan bayan hidayah kepada rombongan Usamah bin Zaid RA untuk menghadapi tentara Romawi yang akan menyerang kota Madinah. Berangkat petang itu juga, sebelumnya berkemah di tempat namanya al jurk. Namun keesokan harinya Nabi SAW wafat. Atas permintaan Ummu Aiman, ibu daripada Usamah, maka rombongan di tarik balik untuk menghadiri pemakaman Nabi SAW. Setelah Khalifah baru diangkat 3 hari setelah Nabi SAW meninggal, terdengar kabar bahwa :



1. Pasukan Romawi di perbatasan sudah siap untuk menyerang

2. Nabi Palsu dengan bala tentaranya 40.000 orang juga akan menyerang Madinah.

3. Orang Munafiq mulai menentang kebijakan2 yang ada

4. Orang yahudi mulai menghasut di dalam kota Madinah

5. Munculnya banyak orang murtad sebanyak 100.000 orang (padahal ulama2 besar dan sahabat2 masih ada)

6. Orang tidak mau membayar zakat

Apa keputusan Abu Bakar RA sebagai khalifah baru yaitu :



1. Rombongan Usamah RA segera diberangkatkan untuk menghadapi Romawi

2. Menyiapkan Rombongan Khalid bin walid dan Wahsyi untuk menghadapi Nabi palsu.

3. Memerintahkan Umar RA membawa rombongan bergerak sekeliling Madinah

Sehingga yang tertinggal hanya Abu Bakar RA sendiri di Madinah tanpa penjagaan. Para sahabat bingung, karena kok aneh betul ini caranya. Pemikiran para sahabat RA, kalau madinah kosong, nanti bisa dibunuh istri2 Nabi SAW, bayi2 juga juga bisa dibunuh, serigala2 yang biasa datang di malam hari bisa memakan bangkai2 mereka nanti. Maka mereka semua tidak paham perintah amirul mukminin, di otak mereka kita harus mempertahankan madinah bukan membahayakannya. Tapi apa kata Abu Bakar RA, “Tidak, saya tidak akan merubah daripada perintah Rasullullah SAW, Usamah tetap harus berangkat.” Inilah perbedaan yang terjadi diantara sahabat RA. Mayoritas sahabat RA ini yakin dengan hidupnya umat islam ini yaitu ummatnya dijaga, istri2 Nabi SAW dijaga, bayi2 penerus generasi dijaga, maka islam akan mudah dikembangkan dan islam pasti akan terpelihara. Tapi Abu Bakar RA justru pemikirannya berbeda. Abu Bakar RA berkeyakinan jika Islam ini di jaga maka ummat islam akan terjaga, tetapi para Sahabat RA berpikir jika umat islam dijaga maka islam akan terpelihara.

Note dari Penulis :

Ketika itu yang orang-orang fikirkan adalah keselamatan orang-orang islamnya, padahal yang harus dirisaukan adalah bagaimana menyelamatkan agamanya terlebih dahulu. Begitupula yang dilakukan Nabi SAW ketika perang Badr, bahkan sampai Nabi SAW berdoa untuk kemenangan karena jika umat islam hancur di peperangan Badr ini maka habislah islam dari muka bumi. Inilah yang difikirkan Abu Bakar RA yaitu mengirimkan seluruh rombongan untuk menyelamatkan islam. Inilah perbedaan fikir yang mencolok antara satu orang sahabat ini melawan fikir sahabat-sahabat yang lain. Disini ada perbedaan pendapat diantara sahabat yang dapat menjadi pelajaran bagi kita semuanya.

Abu Bakar RA menyelesaikan masalah dengan menggunakan 2 prinsip :

1. Prinsip Taqwa :

“Saya tidak rela agama berkurang di jaman kekhalifahan saya ini walaupun itu hanya seutas tali yang mengikat di leher hewan qurban.”

Takwa ini maksudnya adalah Sempurna Amal. Jadi atas dasar prinsip ini, Abu Bakar RA tidak rela dijamannya agama ini berkurang sedikitpun walaupun itu hanya seutas tali yang mengikat leher hewan korban. Fikirnya Abu Bakar RA ini adalah bagaimana agama dapat sempurna diamalkan oleh umat islam ketika itu. Inilah prinsip yang digunakan untuk menghadapi orang-orang islam yang tidak mau membayar zakat. Jadi mereka diancam akan diberantas jika mereka tidak mau membayar zakat.

2. Prinsip Tawakkal :

“Keluarkan semua laki-laki untuk pergi di jalan Allah. Nanti biar Allah yang menjaga Ummul mukminin, keluarga nabi,bayi-bayi, dan wanita-wanita di madinah.”

Abu Bakar RA lebih rela melihat keluarga Nabi dalam bahaya, dibanding harus melihat agama dalam bahaya. Jadi bagi Abu Bakar RA, derajat Agama ini lebih utama dibanding keluarga Nabi SAW dan ummat islam itu sendiri. Ini sama dengan percakapan Nabi SAW dengan jibril. Ketika itu Jibril AS bertanya kepada Nabi Saw,”wahai Muhammad lebih mulia mana aku atau dirimu ?” Nabi Muhammad Saw menjawab, “Lebih mulia aku karena engkau diutus untuk aku.” Benar kata jibril, lalu jibril bertanya lagi, “Lebih mulia mana engkau atau agama islam ?”, Nabi Saw menjawab, “Lebih mulia islam, karena aku ditus untuk islam.” Agama lebih penting untuk diselamatkan dibandingkan ummat itu sendiri. Abu Bakar RA, mengirimkan semua laki-laki keluar dijalan Allah dan berserah diri kepada Allah atas keadaan di Madinah inilah Tawakkalnya Abu Bakar RA. Prinsip ini yang digunakan untuk menghadapi orang murtad, nabi palsu, dan musuh islam yang mau menyerang madinah dari luar.

Bahkan Umar RA yang terkenal pemberani karena perbedaan pendapat ini, dimarahi oleh Abu Bakar RA. “Wahai Umar RA, kenapa kamu menjadi seorang pemberani seperti ketika masih kafir dan sekarang setelah dalam islam kamu menjadi seperti seorang pengecut.” Maka digebuk umar oleh Abu Bakar RA. Jika Umar RA seorang pemberani berpikir seperti seorang pengecut bagaimana jadinya dengan yang lain, akan makin banyak pengecut2 yang lain.

Note Mubayin :

Percuma jadi karkun, sebelum jadi karkun kelihatan berani, tapi setelah jadi karkun lebih banyak pembenarannya : “Kita harus hikmah” katanya. Ini pengecut namanya.

Marah ketika itu Abu Bakar RA melihat Umar “Apa kamu ini umar pemberani dijaman Jahiliah tetapi pengecut dijaman Islam”. Jika Umar seperti ini bagaimana sahabat2 RA yang lain menyikapinya. Abu Bakar RA tidak ingin Umar RA menjadi seorang pengecut. Digampar ketika itu Umar RA oleh Abu Bakar RA. Namun karena tempelengan Abu Bakar RA ini berdasarkan Taqwa, tiba-tiba terhenyak Umar RA seperti orang baru terjaga dari mimpi. Umar RA dari tempelengan tersebut seakan-akan melihat cahaya, Umar tersentak dan berkata,“benar engkau wahai Abu Bakar”, langsung pergi dia dengan rombongannya.

Ketika Islam dijaga, maka pertolongan Allah akan datang :



1. Pasukan Romawi mengundurkan diri

2. Nabi Palsu bisa dibunuh oleh wahsyi ( dengan lembing yg sama membunuh paman Nabi SAW) ketika itu Wahsyi sujud syukur karena bisa membayar dosa dengan lembing yang sama.

Begitulah Wahsyi dengan kebanggaan dapat membayar dengan lembing yang sama membunuh orang yang paling Nabi SAW cintai yaitu Hamzah RA, dia juga membunuh orang yang dibenci Nabi SAW yaitu Nabi Palsu, Usamah Al Kahzab laknatullah alaih. Maka kita juga harus seperti itu, dulu sebelum jadi karkun suka main judi dan mabuk-mabukan, maka setelah jadi karkun kita datang ke tempat yang sama ajak teman-teman yang dulu kepada Allah. Kita harus berani dan dan bangga seperti wahsyi menebus kesalahannya yang dulu. Jangan seperti orang yang dulu berani sebelum ikut dakwah, kelahi dimana-mana buat kebathilan, sekarang setelah jadi karkun malah loyo alasannya “Hikmah”. Ini percuma jadi karkun.

Jadi ketika Pasukan Usamah berangkat untuk menghadang, rombongan Khalid dan Wahsyi juga berangkat, lalu rombongan Umar RA keliling Madinah, apa yang terjadi ? pasukan Romawi ketakutan, mereka berpikir andaikata sedemikian banyak rombongan yang diberangkatkan berarti yang didalam kota madinah lebih banyak lagi. Akhirnya pasukan Romawi tidak berani menyerang Madinah.

Catatan Penulis :

Disinilah terdapat 2 perbedaan pemikiran dan menyangkut kepada masalah keimanan. Dimana Abu Bakar RA yakin jika semua pergi di jalan Allah, maka nanti Allah akan selesaikan semua masalah : orang murtad, nabi palsu, yang tidak mau bayar zakat, dan pasukan romawi yang sudah siap menyerang. Hanya dalam waktu tempo 3 hari saja setelah semua pergi di jalan Allah akhirnya masalah terselesaikan : Madinah tetap aman, 100.000 orang murtad masuk islam lagi, orang membayar zakat lagi, Nabi palsu dapat ditumpas, dan Pasukan Romawi mundur. Jadi risaunya Abu Bakar RA ini adalah Islamnya atau Agamanya dulu, bukan orang-orang Islamnya. Hari ini ada pemikiran seperti yang terjadi ketika sahabat berbeda pendapat dahulu. Sekarang kebanyakan kita ini risaunya adalah orang-orang islamnya, seperti orang islam ada yang dibunuh, diperkosa, diperangi, hak-haknya dirampas, kekurangan makan, miskin keadaannya, pengungsi-pengungsi, ini boleh saja. Tetapi seharusnya yang lebih penting lagi adalah risau atas islamnya. Akibat islamnya tidak dijaga, sehingga Allah tidak menjaga ummat islam. Ini karena islam itu sendiri sudah diacuhkan oleh orang islam. Kita lihat hari ini orang islam kebanyakan tidak sholat, mesjid kosong. Sholat berjamaah di masjid sudah tidak diacuhkan oleh umat saati ini. Lalu sunnah-sunnah Rasullullah SAW sudah ditinggalkan oleh orang islam, bahkan dianggap aneh bagi yang mengamalkannya. Kehidupan orang islam sudah seperti kehidupan orang yahudi dan nasrani, tidak ada bedanya dengan cara-cara atau kehidupan orang kafir, sulit dibedakan mana yang beriman dan mana yang kafir. Semua kehidupan sunnah Nabi SAW sudah ditinggalkan oleh ummat islam itu sendiri. Tetapi begitu terjadi musibah, semua orang berpikir sama, “Apa dosa saya ? Kenapa ini bisa terjadi, musibah seperti ini ? Kenapa Allah tidak tolong kita ?”. Ummat islam diusir, dibunuh, dijajah, diperkosa hak-haknya, tetapi fikirnya hanya diri mereka sendiri saja (“Apa dosa saya ?”). Padahal jemaah-jemaah dakwah sudah datang mengajak kepada sunnah, kembali kepada amal Nabi SAW, amalkan islam, taat pada perintah Allah. Walaupun perkara-perkara ini sudah didengar berkali-kali, tetapi tetap saja sama tidak ada peningkatan amal. Ditaskil, diminta untuk keluar di jalan Allah tidak mau, maka itulah akibatnya, musibah banyak datang. Tetapi fikirnya “Apa dosa saya ?”. Islamnya sudah kita tinggalin, kita acuhkan, tetapi ketika musibah tiba-tiba datang tidak terpikir amal-amal kita yang buruk, bahkan bertanya, “Kenapa Allah tinggalkan kita ? kenapa Allah tidak tolong kita ?”

Inilah perbedaan antara pergerakan kita dengan pergerakan-pergerakan lainnya. Gerak kita ini adalah gerakan untuk membantu agama Allah. Sedangkan organisasi-organisasi dunia ini kita tidak boleh menafikan perjuangan mereka. Mereka juga bergerak memberikan manfaat untuk membantu umat Islam, sedangkan kita bergerak untuk membantu agama Islam. Kita harus yakin ketika islam kita bantu untuk ditegakkan maka umat islam akan dijaga oleh Allah Swt.

Inilah maksud kedatangan kita kemari dari seluruh propinsi yaitu kita bermusyawarah bagaimana membantu agama Allah :

1. Kita duduk disini untuk berfikir bersama-sama bagaimana mengeluarkan rombongan sebanyak-banyaknya untuk membantu agama Allah. Kita dengar kargozary, kita bentangkan takazanya, lalu kita siapkan diri kita untuk ambil bagian. Pertolongan Allah akan datang kepada saya ketika saya bantu agama Allah, maka saya keluar berangkat.

2. Kita berfikir dan bermusyawarah bagaimana kita membantu saudara kita. Apa yang kita bantu ? keperluan dan kebutuhannya itu baik, tapi yang penting bagaimana kita bisa bantu dia mendekatkan diri kepada Allah. Syekh Abdul Wahab, Masyeikh Pakistan, katakan :

”Orang yang cinta kepada Allah tapi dia tidak mau membantu saudaranya untuk cinta kepada Allah, dan mengusahakan agar bagaimana Allah cinta pada saudaranya tersebut, maka Allah tidak akan cinta kepada dia. Walaupun orang ini adalah seorang ahli dzikir dan ahli ibadah”

Contoh :

Untuk itu kita bantu saudara kita dari daerah-daerah lain. Alhamdullillah saat ini makasar sedang mengalami peningkatan dan kemajuan dalam amalan Dakwah. Justru kalau kawan2 di makasar hanya berpikir untuk daerahnya saja maka Allah tidak akan bantu. Di Manado begitu juga sedang mengalami kemajuan, kalo hanya memikirkan daerah saja tidak mau memikirkan daerah lain, maka pertolongan Allah tidak akan datang ke Menado. Justru Allah akan bantu suatu propinsi jika propinsi itu membantu daripada kerja agama di propinsi yang lain. Allah akan bantu saya kalau saya bantu saudara saya, maka saya akan bantu saudara saya. Begitu juga mengenai musholla saya. Saya ingin mushola saya makmur, maka kita harus bantu mushola2 disekitar tempat saya. Ketika kita dan orang2 maqomi ditempat kita memikirkan bagaimana memakmurkan mushola2 disekitar maqomi kita untuk hidup 5 amalan dan keluar 3 hari ataupun 40 hari, maka Allah akan bantu memakmurkan musholla kita. Begitu juga dengan negara kita, kalu kita ingin maqomi di Indonesia ini maju maka kita harus memikirkan dan mengirimkan rombongan ke negara lain, maka nanti Allah akan bantu maqomi di negara Indonesia ini.

Allah berjanji dalam Al Quran :

“Wahai Muhammad Allah tidak akan menyiksa mereka (penduduk kota mekkah) selama engkau masih disana. Ataupun Allah tidak akan menyiksa mereka selama mereka beristighfar.”



1. Tidak akan disiksa selama masih ada Nabi SAW diantara mereka penduduk tempatan

2. Tidak akan disiksa selama masih ada istighfar

Jadi Allah tidak akan mengirimkan bala, musibah, bencana kepada suatu kaum selama masih ada Rasul ditengah-tengah mereka, atau mereka mau mengucapkan istighfar. Kekuatan yang bisa mengantisapasi bala dan musibah jika ada orang2 tertentu yang mumpunyai kedekatan khusus dengan Allah SWT. Cukup dengan doa mereka bisa mendatangkan hujan, menghancurkan suatu wilayah, dan lain-lain. Namun ini hanya orang-rang tertentu saja, pribadi-pribadi perorangan, seperti para Anbiya AS dan para Waliullah, sedikit sekali. Namun secara umum untuk ummat Allah berikan kekuatan kerja yaitu istighfar, inipun juga mampu menahan Bala atau Musibah yang akan turun. Istigfar umat ini, tobat yang utama, di dalam Al Quran dijelaskan adalah tobat ketika meninggalkan kerja dakwah.

Beberapa orang datang ke Syaikh Maulana Ilyas Rah.A, mereka berkata kepada Maulana Ilyas, “Syaikh antum ini wali.” Ini asbab hebatnya kerja dan gerak beliau dalam Dakwah. Namun apa kata Maulana Ilyas Rah.A, “Bukan, saya ini bukan wali, tetapi yang wali itu adalah kerja dakwah ini.” Jadi Maulana Ilyas tidak ingin membawa umat ini kepada pengkultusan, tetapi lebih ingin mengarahkan umat ini kepada kerja dakwah. Kita tidak menafikan adanya orang-orang tertentu yang mempunyai level kedekatan dengan Allah seperti para Aulia, tetapi ini sedikit sekali, tidak semua orang bisa mencapai level ketaatan seperti itu. Itulah namanya orang-orang pilihan Allah. Namun untuk yang secara umum agar umat ini dapat menjadi dekat dengan Allah, maka Allah berikan ummat ini kerja dakwah yang bisa membuat ummat ini diwalikan semua oleh Allah Swt. Di dalam tarekat-tarekat, mereka mempunyai mursyid yang mempunyai kelebihan-kelebihan tersendiri dalam doa. Namun dalam kerja dakwah ini tidak ada yang seperti itu, yang paling utama dalam kerja dakwah ini adalah kerja itu sendiri.

Satu rombongan didalamnya ada ulama, hafidz quran, yang didalamnya ada mantan perampok, pemabok, dan penjudi. Ketika keluar semuanya pakai sorban dan gamis. Ketika sampai di Madura, semuanya dipeluk orang, diciumin tangannya. Si ulama ketika makan dapat ayam panggang, maka si preman yang satu rombongan tadi dapat juga. Kenapa mereka sama-sama dimuliakan padahal yang satu ulama dan yang satu lagi preman ? Ini asbab kerja dakwah, di dalam kerja ini mereka di muliakan. Bukan karena pribadi-pribadi mereka, kalau karena pribadi na’udzubillah pribadi si preman. Tetapi asba kerja dakwah inilah ada preman dimuliakan. Sebaliknya jika datang masyeikh kita, misalnya maulana Saad, ke jakarta untuk urusan dunia, bisnis misalnya, beli batu bara. Kira-kira apakah mereka akan mendapat perlakuan yang sama ? tidak mungkin. Jadi dalam kerja ini bukan pribadinya yang dimuliakan oleh Allah Swt, tetapi kerjanya dalam dakwah. Kalau kita letakkan diri kita ini dalam kerja dakwah, maka kita akan di muliakan oleh Allah Swt. Namun jika kita lepas dari kerja ini maka tidak ada kemuliaan.

Meiji Mehrob, masyeikh pakistan, almarhum, pernah berkata kepada orang-orang ketika di jalan Allah, “Kalian tau di Nizzammuddin itu ada seorang wali, kalian datang kesana dan minta doa kepada dia.” Ini karena di daerah tersebut pengkultusan terhadap seorang wali untuk minta air agar di doakan dan diberi kesembuhan dan keberkahan suatu hal yang biasa. Singkat cerita puluhan orang tertaskyl untuk datang ke markaz nizzammuddin bertemu syekh Ilyas. Sampai di Nizammuddin, melihat orang-orang datang, yang dipikir syekh Ilyas untuk berangkat fissabillillah. Ternyata setelah ditafakkud oleh syekh Ilyas, para taskilan meiji mehrob ini hanya terseyum dan tertawa kecil saja, karena tujuan mereka datang untuk minta doa saja kepada syekh Ilyas. Mendengar hal ini seperti Maulana Ilyas marah lalu memanggil Meiji Mehrob. Syekh Ilyas berkata kepada Meiji Mehrob, “Kamu ini telah merusak kerja dakwah pada hari ini, kamu telah mengarahkan mahluk kepada mahluk.” Jadi arahkan orang-orang ini kepada kerja bukan kepada pribadi-pribadi. Contoh : “Mari pak kita ke Banjarmasin, disana ada ust. Luthfi, itu pembesar dakwah.” Atau “Mari pak kita ke temboro, disana ada Kyai Udzairon, itu pembesar dakwah”. Ini yang mentaskyl orang dengan cara seperti ini adalah pengrusak-pengrusak dakwah.

Kita tidak mentaskyl orang kepada pribadi tetapi pada kerja, apalagi jadi jurkam, ini lebih goblok lagi. Mentaskyl kepada ulama dan orang sholeh aja tidak boleh dalam kerja ini apalagi dalam pribadi-pribadi lain daripada itu.

Syekh Ilyas katakan azas kerja dakwah ini ada 3 :



1. Ikhlas

2. Ijtimaiyat

3. Musyawarah

Jika kita jaga asas ini ada dalam diri kita maka Allah akan pelihara kita. Jadi orang yang kerja karena keikhlasan ini enak. Kenapa ini karena Ikhlas. Apa itu ikhlas ? ketika dipuji dia tidak bangga dan ketika dihina dia tidak kecil hati. Dulu waktu awal kerja dakwah ini yang datang ke markaz hanya 10 orang. Sehingga pada waktu itu semangat untuk mentaskyl orang masih terjaga. Ujian keikhlasan mulai datang ketika orang berbondong-bondong ambil bagian dalam kerja dakwah ini. Sekarang di malam markaz yang hadir sekitar 3000 orang. Maka asbab banyaknya orang yang hadir, sekarang orang ke markaz ada yang mau cari calon mertua, ada yang mau jual topi, ada yang buka travel, dan lain-lain. Orang ikhlas ini terjaga, jika dia terjaga maka kerja inipun akan terjaga. Nabi SAW bersabda :



“Makaana Lillahi da’ma watoshola”

artinya : sesuatu yang diniatkan karena Allah akan berlanjut (tersambung terus dan tidak akan terputus).



“Wamakana yu ghoirubihi inkhota wal fatwa”

Artinya : sesuatu yang dikerjakan karena selain Allah maka akan terputus (lepas begitu saja)

Kekuatan dalam kerja dakwah ini bukan terletak pada pribadinya tetapi pada ijtimaiyat (bersama-sama). Contoh : Lidi ini terbuat dari pelepah kelapa bukan dari emas. Namun jika lidi ini bersatu bisa memberikan manfaat, seperti membersihkan. Namun jika lidi ini dari emas tapi tidak bersatu, kira-kira bisa gak membersihkan ruangan yang kotor ? tidak mungkin. Walaupun kita kasih satu minggu untuk bersihkan ruangan tidak akan bisa. Walaupun lidi ini dari pelepah kelapa tapi karena bersatu bersama-sama maka dalam satu jam ruangan ini bisa dibersihkan.

Dalam falsafah Fiqih, air ini ada 3 macam :



1. Air Mutlak : air yang suci dan mensucikan, bisa untuk diminum dan untuk wudhu

2. Air Musta’mal : air kurang dari 2 Qulah/216 Ltr, suci, bisa diminum tapi tidak bisa untuk wudhu

3. Air Mutannajjis : air kena najis atau kena kotoran, tidak bisa diminum, dan tidak suci.

Air yang kena percikan wudhu ini jadi musta’mal, jika kena kotoran jadi mutannajis. Namun jika air musta’mal ini dikumpulkan dalam jumlah besar hingga melebihi dua qullah, sehingga air musta’mal ini menjadi air mutlak kembali. Bahkan air mutlak jika cuman satu gelas maka untuk kebersihan paling hanya bisa digunakan untuk kencing saja, tetapi jika untuk membersihkan ketika buang air besar tidak cukup. Musta’mal jika dikumpulin dalam jumlah besar maka bisa digunakan untuk membersihkan sekian banyak kotoran. Bahkan air mutannajis satu ember dikencingin anaknya, mau dibuang gak ada iar lagi, diminum juga gak bisa. Akhirnya orang ini membawa air ini ke bak yang besar melebihi dua qullah dituangkan lalu diambil lagi satu ember, maka air ini jadi apa ? air tersebut jadi mutlak lagi. Bahkan ketika air musta’amal ini digabungkan dalam jumlah besar dipakai mandi dicempulingin santri-santripun masih mutlak jatuhnya. Air mutlak satu gelas ini seperti satu orang hafidz atau ustadz, hafal hadits-hadits, tapi karena dia bergerak sendirian, untuk bisa menyadarkan satu orang bencong aja, atau pemabuk, atau penjudi, ini susah. Beda dengan kita-kita ini yang musta’mal, kadang-kadang siwak nabi, lain waktu pakai siwak firaun (rokok), kadang-kadang baca Quran, tapi lain waktu kebanyakan baca koran, seperti musta’mal. Namun jika yang musta’mal ini dikumpulkan bersama-sama secara Ijtimaiyat, maka hasilnya bisa dahsyat. Suatu ketika Maulana Yusuf diejek-ejek ulama-ulama, “Maulana kenapa kerja dakwah ini banyak melibatkan orang-orang bodoh, mantan penjahat, dan mantan ahli maksiat.” Lalu Maulana Ilyas tantang ulama ini, “Tuan disitu ada bencong dan pemabuk lagi kumpul-kumpul coba kamu ajak ke mesjid.” Ketika ulama ini datangin mereka, responnya hanya tertawa terkekeh kekeh saja orang-orang itu. Intinya ulama ini gagal mengajak mereka ke mesjid. Lalu Maulana Yusuf panggil rombongan khuruj kumpulan orang-orang mewat yang musthamal ini untuk mentaskil tongkrongan bencong-bencong dan pemabuk ini ke mesjid. Apa yang terjadi ? ternyata setelah di targhib mereka semua yang ditongkrongan itu berangkat masuk mesjid. Baru ulama ini faham tentang faedah orang-orang musthamal ini jika berkumpul dalam rombongan dakwah. Bahkan diantara kita ada yang mutannajis, mungkin dulunya ada yang pernah membunuh, namun karena bergabung bisa membersihkan daripada teman-temannya yang lain. Ada rombongan diminta untuk mentaskyl tongkrongan penjudi, sampai disana langsung dipeluk, targhib sebentar semuanya akhirnya masuk mesjid. Bahkan yang mutannajis bisa juga memberikan manfaat jika bergabung. Ini pentingnya Ijtimaiyat.

Sama seperti daun, jika daun ada hubungan dengan ranting, ranting berhubungan dengan cabang, lalu cabang berhubungan dengan batang, dan batang berhubungan dengan akar, dan akar berhubungan tanah, maka walaupun matahari yang menyinari daun tidak akan layu, kena angin tidak akan jatuh, kena air jadi bersih. Ini karena apa ? karena ada hubungan ijtimaiyat. Namun jika daun ini terpisah dari ijtimaiyat, terputus dari ranting, batang, akar, dan tanah, maka kena matahari akan jadi layu, kena angin jadi terbang, kena air hujan jadi busuk. Kalau pribadi-pribadi per orangan ini punya hubungan dengan mahalah tiap hari, lalu dari mahalah aktif di halaqoh, dari halaqoh hadir di malam markaz, dan malam ijtimaiyat lainnya seperti musyawarah propinsi, musyawarah indonesia, lalu dia hadir di musyawarah indonesia tiap 2 tahun di nizammudin, bahkan kalu dia ada rejeki dia juga hadir di haji kumpul bersama masyeikh tiap 2 tahunnya. Walaupun ada hujan, matahari panas, akan tetap kuat dia selama dalam ijtimaiyat. Namun jika dia bergerak sendiri-sendiri, bahkan jadi jurkam, maka akan kacau dan rusak dia.

Musyawarah, yang terakhir. Kita jauh-jauh kemari untuk musyawarah. Banyak orang hadir dalam ijtimaiyat, hadir dalam temboro, hadir di markaz, tapi tidak mau musyawarah, gerak sendiri, ini rusak. Justru dengan musyawarah akan membuat dia kuat. Keberhasilan dalam musyawarah bukan karena usulnya diterima, bukan, tetapi keberhasilan dalam musyawarah ketika kita mau menerima keputusan dari musyawarah. Dalam gerakan lain partai-partai berhasil ketika usulnya diterima, tetapi di gerakan kita tidak seperti itu, melainkan ketika kita siap menerima daripada hasil keputusan musyawarah. Ketika kita bermusyawarah dengan Masyaikh kita, Maulana Ahmad Lath beliau katakan untuk menjaga keutuhan markaz dalam setiap musyawarah hilangkan tiga perkara dalam diri kita di setiap markaz :

1. Keluarkan Ghoirullah dari hati kita co : gubernur atau presiden dateng ke markaz, silahkan kita terima dan kita harus senang. Tapi kalau gubernur atau presiden pelukannya masuk hati ini kacau. Begitu juga Jibril datang, senang kita tapi jibril masuk hati ini kacau. Jangan ada perasaan takut dalam hati kita. Sekalipun itu jin ifrit, ataupun preman sekalipun silahkan saja datang, asal jangan sampai masuk hati. Suatu ketika seorang preman datang hendak mau membunuh Nabi SAW, Umar tangkap sudah hampir mau dibunuh oleh Umar RA, tapi apa kata Nabi SAW, “Umar lepaskan dia, dekatkan dia kepada saya.” Asbab ini si preman tadi masuk islam. Jadi jangan ada perasaan takut ataupun kesan di hati kita.

2. Hilangkan kepentingan pribadi dalam dakwah, yang ada kepentingan Ijtimaiyat. Co : musyawarah kepindahan markaz, dalam musyawarah si fulan menolak dengan alasan markaz sekarang berkah kalu pindah bisa menghilangkan keberkahan. Namun masalahnya bukan karena markaznya tapi dia punya kepentingan tokonya ada disebelah markaz yang sekarang, kalu pindah bisa bankrut tokonya. Ini kacau namanya. Begitu juga sebaliknya mendukung kepindahan markaz karena di markaz yang baru tokonya udah siap berdiri. Ini namanya konflik kepentingan, ini bisa mengacaukan.

3. Hilangkan Suudzhon setelah selesai musyawarah. Ketika sudah diputuskan dalam musyawarah kita jaga husnudzon, kita terima semua hasil keputusan musyawarah dengan baik. Insya Allah jika ketiga perkara ini ada Allah akan pelihara kita dalam kerja ini.

Demikian yang harus kita lakuan disini, bahwa kita berniat bermusyawarah secara Ijtimaiyat untuk kepentingan agama islam. Bagaimana kehadiran kita disini dapat membantu agama islam. Insya Allah kita niat amalkan.
‎# Dan mereka berkata: "Apakah bila kami telah lenyap (hancur) di dalam tanah, kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru ?"Bahkan (sebenarnya) mereka ingkar akan menemui Rabbnya. Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Rabbmulah kamu akan dikembalikan. Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Rabbnya, (mereka berkata): "Ya Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin". (QS. 32:12)

Bayan Maulana Ahmad Lath

Masyeikh India
Nizammuddin, New Delhi
India

Bayan Subuh
Bayan Maulana Ahmad Lath
Assalamu alaikum Wr Wb.

Alhamdulillah, Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam kita panjatkankan kepada Nabi Muhammad Saw beserta keluarganya yang mulia dan para sahabat yang agung, juga kepada pengikutnya yang setia hingga akhir zaman, bahwasanya kita semuanya masih diberikan kesehatan dan kesempatan pada hari ini untuk sama-sama melaksanakan perintah-Nya dan beribadah kepada Allah SWT.

Segala sesuatu ada awalnya dan ada akhirnya, tetapi Allah adalah yang pertama yang tidak punya awal (The First that have no beginning) dan yang terakhir tetapi tidak punya pengakhiran (The last that have no end). Setiap ciptaan punya kehidupan dan kematian, tetapi Allah adalah yang hidup dan yang tidak pernah mati. Bahkan Allah yang menghidupkan, memberi kehidupan, dan yang mematikan, lalu membangkitkannya ciptaanNya.

Segala sesuatu yang mempunyai awal dan akhir telah dicatat di lauh mahfudz. Seseorang tidak dapat menghindari atau lari dari Rizki sebagaimana mereka tidak dapat lari dari kematian. Perkara ini telah Allah tetapkan di dalam Lauh Mahfudz 50.000 tahun sebelum Allah ciptakan segala sesuatu. Mati akan datang kepada kita walaupun kita dilindungi oleh benteng yang paling kuat. Dan Rizki akan datang kepada kita walaupun kita bersembunyi ditempat yang tidak diketahui manusia. Rizki dan Mati ini perkara yang tidak bisa dipisahkan. Tidak mungkin seseorang mati sebelum rizkinya habis. Mati ini akan datang setelah rizki kita habis. Tidak ada satu mahlukpun yang mati kekurangan rizki, mati dan rizki ini telah ditentukan. Mati ini ketentuan Allah, dan Rizkipun ketentuan Allah, namun Allah berikan kita asbab-asbab kematian dan rizki untuk menguji keyakinan kita.

Allah Maha mengetahui segala kejadian, dan segala kejadian ini adalah hasil kerjanya Allah Ta’ala. Seluruh Alam ini bergerak atas Qudrat dan IradahNya, Kekuasaan dan KehendakNya. Tidak ada sesuatu yang dapat terjadi diluar izin Allah Ta’ala, semuanya harus ada izin Allah. Semua yang bergerak atas dasar ketaatan akan membawa Ridho Allah, dan semua yang bergerak atas kemaksiatan kepada Allah akan membawa murkanya. Semua yang terjadi dimasa lalu dan dimasa akan datang adalah perkara lama bagi Allah, bukan hal baru, semuanya telah Allah ketahui.

Pengorbanan disisi Allah tidak ada yang sia-sia, Allah akan berikan setiap pengorbanan, balasan yang baik dunia dan akherat. Allah akan gandakan setiap kebaikan yang kita buat sebanyak yang Allah mau nanti di akherat. Di dunia setiap kebendaan, harga diri, jabatan, harta yang kita korbankan untuk agama akan Allah gantikan dengan sesuatu yang lebih baik. Di dunia, Allah akan masukkan kedalam mereka Ketaqwaan dan Qonaah ketika hidup di dunia. Di dalam kehidupan mereka akan Allah hadirkan suasana sakinah penghuni surga. Di akherat mereka akan Allah berikan kenikmatan yang tidak pernah terbesit oleh hati, terlihat oleh mata, bahkan terpikirkan oleh akal. Allah akan beri kita satu amal saja dengan balasan di akherat yang luasnya 10 kali lipat melebihi luas langit dan bumi.

Di akherat nanti semua orang akan terkejut melihat semuanya yaitu kedahsyatan huru-hara di akherat. Semua mata waktu itu akan terbuka selebar-lebarnya. Ketika inilah penglihatan sebenarnya akan dibukakan Allah, segala sesuatu yang ghaib akan terlihat. Semua yang tadinya hanya terdengar sebagai cerita telah menjadi kenyataan. Ketika itu semua orang akan sepakat dan satu kata : “Ya Allah, kini kami bersaksi akan kebenaran ini, dan kami menyesal. Kembalikanlah kami kedunia, maka kami akan beramal.” Namun ketika ini segala penyesalan sudah tidak ada gunanya lagi. Semua orang akan menyematkan dirinya masing-masing. Bahkan seorang ibu yang rela mati didunia buat anaknya, tidak akan bisa atau mau menolong anaknya di akherat nanti.

Manusia ini sebenarnya buta, mereka tidak bisa melihat yang sebenarnya yaitu : kubur, mahsyar, shirot, surga, dan neraka. Padahal itu semua bukan cerita dongeng. Celakanya seorang yang buta bukan karena dia tidak bisa melihat, tetapi karena dia tidak mau mendengar orang yang bisa melihat. Sebagaimana para nabi yang telah melihat perkara yang ghaib memperingatkan kita yang buta tentang kehidupan sesudah mati. Para nabi AS ini adalah orang-orang yang telah Allah perlihatkan kehidupan sesudah mati. Bagi mereka dari kubur hingga surga dan neraka bukan lagi sebagai cerita, tetapi kenyataan yang menunggu umat manusia. Para Nabi dapat melihat hal yang sebenarnya, sedangkan kita tidak. Celakanya kita sebagai orang tidak dapat melihat adalah tidak mau mendengar kata Nabi sebagai orang yang bisa dan telah melihat.

Segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini ada batasnya, seperti penglihatan, pendengaran, kesehatan, umur, bahkan kesenangan dan kesedihan sekalipun. Tetapi setelah masuk kubur sesuatu yang terbatas menjadi tidak terbatas seperti penglihatan, pendengaran, umur, rasa sakit dan rasa senang. Semua batas akan Allah angkat, sehingga segala yang ghaib menjadi nyata setelah kita mati.

Allah menguji kita :

1. ketika kaya dan ketika miskin
2. ketika sehat dan ketika sakit
3. Ketika senang dan ketika susah
4. Ketika disakiti dan ketika mampu menyakiti
5. Ketika kita melihat kesenangan orang dan ketika kita melihat kesusahan orang.

Semua ini adalah ujian dari Allah, dan Allah catat semua perbuatan kita ini untuk dipertanggung jawabkan di pengadilan Allah. Allah telah uji Bani Israil ketika mereka dalam keadan susah, menjadi budak dan takut kepada Firaun. Lalu Allah keluarkan mereka dari budak firaun menjadi budak Allah, dari rasa takut terhadap firaun menjadi takut kepada Allah. Kehidupan Bani Israil setelah itu membaik, tidak ada lagi rasa takut, yang ada rasa aman dan sejahtera. Namun celakanya Bani Israil ini adalah ketika mereka dalam keadaan senang ini mereka lalai dan kufur dari Nikmat Allah. Mereka durhaka kepada Allah, sehingga Allah hancurkan mereka sebagaimana Allah telah hancurkan Firaun. Allah hinakan mereka seperti Allah hinakan Firaun. Allah binasakan dan hinakan mereka yang durhaka dan kufur kepada Allah seperti Iblis, Qorun, Firaun, dan lain-lain.

Tragedi terbesar dalam kehidupan manusia adalah bukan ketika ekonomi dunia hancur, atau ketika manusia gagal pergi ke mars, atau rusaknya odzon, tetapi ketika dunia ini telah kehilangan Nabi SAW. Kehadiran Nabi SAW ini di dunia ini adalah sebagai Rahmatan Lil Alamain, Rahmat bagi seluruh Alam. Satu-satunya nama yang bersanding dengan nama Allah di arasyNya. Keberkahan beliau tidak hanya untuk manusia saja, tetapi untuk binatang, tumbuh-tumbuhan, juga para jin sekalipun. Awan selalu menaunginya dari panas matahari, batu-batuan memberi salam kepadanya, pohon-pohon membungkuk kepadanya, binatang mengadu kepadanya, asbabnya Jinpun masuk kedalam Islam. Inilah kemuliaan Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat Allah untuk seluruh alam. Karena beliau derajat umat ini naik disisi Allah melebihi derajat umat-umat sebelumnya.

Seseorang ini akan dinilai oleh Allah, sejauh mana ia mampu menyempurnakan hidupnya seperti hidup Nabi SAW. Hidupnya Nabi SAW adalah kesempurnaan hidup yang telah Allah buat untuk manusia mengikutinya. Kesempurnaan Hidup yang dicontohkan oleh Nabi ini adalah Cara Hidup Islam. Islam ini adalah cara hidup rasullullah SAW selama 24 jam. Setiap perbuatan dan perkataan Nabi SAW adalah amal. Semua kehidupan selain kehidupan Nabi SAW tidak mendatangkan nilai apapun disisi Allah Ta’ala.

Ketika Nabi SAW mengutus sahabat untuk mengantar surat kepada seorang Raja untuk menawarkan Agama. Nabi SAW menulis : Lihatlah sahabatku dan segala prilakunya jika engkau ingin mempelajari Islam. Pendidikan keimanan yang Nabi SAW ajarkan kepada para sahabat hasilnya membuat kehidupan Sahabat sulit dibedakan dengan kehidupan Nabi SAW. Inilah kesempurnaan Iman para sahabat sehingga Keberkahan Hidup yang Allah berikan kepada Nabi SAW juga Allah berikan kepada sahabat RA. Sahabat mengetahui tingginya nilai Iman dan Amal, sehingga segala sesuatu yang Nabi SAW lakukan, pasti mereka lakukan. Apapun yang dilakukan Nabi SAW menjadi agama dan mendatangkan nilai disisi Allah.

Nabi SAW bersabda, mahfum :

“ Berimanlah kamu seperti sahabat-sahabatku beriman.”
(Al Hadits)

Sahabat mencintai Nabi SAW melebihi cinta mereka kepada anaknya, ayahnya, istrinya, hartanya, bahkan jiwa mereka sekalipun. Mereka siap tidak mengakui anak mereka, orang tua mereka, harta mereka, kerabat mereka, jika itu semua dapat menjauhkan mereka dari nabi SAW. Seorang sahabat, Zaid RA, hendak dijemput oleh ayahnya yang telah terpisah bertahun-tahun. Tetapi Zaid RA menolaknya karena ia ingin selalu dekat dengan Nabi SAW. Abu Bakar RA pernah berkata kepada anaknya bahwa dia rela membunuh anaknya yang belum masuk islam di perang badr karena dia lebih mencintai Allah dan RasulNya. Sahabat tidak masalah hidup tidak berjumpa anak, istri, harta, dan orang tua mereka ketika hijrah ke madinah, namun sahabat RA tidurpun tidak bisa sebelum berjumpa dengan Nabi SAW.

Nabi SAW bersabda mahfum :

“Tidak Sempurna Iman kalian sebelum kalian mencintaiku melebihi hal-hal yang kalian cintai.”

Seseorang datang kepada Nabi SAW dan berkata, “Saya ini benar-benar Mukmin (beriman).” Lalu Nabi SAW berkata, “Katakanlah saya ini muslim (Islam), bukan mengatakan saya ini mukmin (beriman).” Islam ini adalah cara hidup, sedangkan Iman adalah keyakinan yang sempurna dan mutlak kepada Allah. Jika kita sudah hidup dengan keyakinan yang sempurna maka hidup kita akan menjadi kehidupan yang penuh dengan karomah seperti kehidupan sahabat :

1. Suatu ketika Khalid bin Walid RA diminta untuk meminum Racun jika dia benar-benar yakin kepada Allah. Lalu Khalid RA meminum racun itu seperti dia meminum air putih. Bukannya mati setelah meminum racun, tatapi asbab meminum racun itu penyakit yang dideritanya malah hilang.

2. Sahabat Saad RA melintasi sungai dengan tentaranya tanpa air menyentuh telapak kaki kuda.

3. Sahabat hanya dengan sholat 2 rakaat dapat menyebabkan orang yang mati menjadi hidup kembali.

Ini semua dapat terjadi karena keimanan sahabat yang sempurna kepada Allah Ta’ala. Ketika seseorang menginjak semut apakah dia akan takut lalu menjerit ? tentu tidak karena semut itu kecil dimatanya. Inilah yang dilihat sahabat ketika menghadapi masalah seperti gempa, lahar gunung, tentara musuh, singa, racun, dan lain-lain. Mereka melihat masalah ini seperti mereka melihat semut kecil tadi. Semua masalah adalah mahluk Allah, mahluk tidak perlu ditakuti. Mahluk tidak dapat menyakiti tanpa seizin Allah.

Kelemahan dalam kehidupan manusia terjadi karena manusia tidak percaya dan tidak yakin pada Allah. Ini hanya menimbulkan kerugian dalam kehidupan mereka sendiri dan kehidupan setelah mati. Segala sesuatu dalam kehidupan manusia menjadi tidak beres bahkan mendatangkan mudharat kepada yang lain asbab manusia tidak yakin pada Allah. Jika semua manusia taat dan yakin pada Allah, maka tidak akan terjadi kerusakan dan kesedihan di dunia ini. Kerusakan dan penderitaan yang dihadapi manusia terjadi hanya karena mereka tidak mau taat dengan apa yang Allah bilang.

Agama akan datang dalam kehidupan kita jika kita ada fikir dan risau terhadap agama. Sebagaimana Agama datang kepada Ibrahim AS setelah beliau ada fikir atas agama, fikir atas penciptaan dan penciptanya. Agama turun di mekah setelah Nabi SAW ada fikir dan risau atas agama dan umat. Jika kita mempunyai fikir dan risau seperti Nabi SAW, maka kehidupan kita akan terbentuk seperti kehidupan Nabi SAW. Namun untuk dapat mendapatkan fikir dan risau ini diperlukan latihan yang terus menerus.

Kita harus bisa merubah keyakinan kita terhadap kebendaan menjadi yakin pada Allah dan Amal. Kebendaan yang kita miliki ini tidak akan pernah dapat memberikan kebahagiaan atau manfaat kepada kita, selain dari yang Allah telah tetapkan. Seluruh kebahagiaan ini merupakan pemberian dari Allah dan karena IradahNya, keinginanNya. Jika kita mau bahagia, berdo’a, minta saja pada Allah. Setelah berdo’a baru kita tunaikan hak dari berdo’a yaitu dengan melengkapi asbab-asbabnya.

Sahabat dahulu orang yang jahil, namun karena mereka berkorban banyak untuk agama, sehingga Allah ridho pada mereka dan Allah ampuni dosa-dosa mereka. Penting kita tingkatkan perngorbanan kita sehingga sampai kepada level pengorbanan para sahabat seperti Bilal RA, Kabab RA, Umair RA, dan lain-lain. Sahabat sampai disiksa karena mereka mempertahankan keyakinannya, sedangkan hari ini kita tidak ada yang menyiksa malah meninggalkan keyakinan kita. Inilah perbedaan keadaan kita sekarang dengan keadaan sahabat dulu. Allah akan sudi mengampuni kita dan mengangkat derajat kita di akherat, jika kita mau berkorban demi memperjuangkan agama Allah. Asbab pengorbanan dan ketabahan sahabat menghadapi penderitaan sehingga agama dapat wujud dalam diri mereka, keluarga mereka, dan umat di seluruh alam. Perlu kita tanamkan semangat dalam diri kita untuk melakukan pengorbanan yang sama dengan sahabat dalam mempertahankan agama Allah. Kemuliaan dan Kesuksesan yang di berikan Allah kepada sahabat RA akan di berikan kepada umat ini jika umat ini mau melakukan pengorbanan seperti yang dilakukan oleh para Sahabat RA.

Sahabat dahulu tidak pernah mencari alasan untuk meninggalkan ketaatan kepada Allah. Bahkan dalam keadaan beralasan sekalipun, seperti ada udzur sakit sekalipun, sahabat tidak pernah meninggalkan ketaatan kepada Allah. Hari ini umat diajak untuk taat malah mencari alasan untuk meninggalkan ketaatan. Suatu hari ada jemaah yang pergi ke daerah orang miskin. Lalu ada seorang miskin yang tidak pernah ke mesjid, di datangi oleh jemaah. Si miskin minta di do’akan agar ia dapat kerja, sehingga ia bisa ke mesjid. Sebab kemiskinannya telah menyebabkan dia sibuk mencari kerja dan menjaga anak. Ia berkata, “Saya tidak ada waktu ke mesjid sedangkan keluarga saya hidup kelaparan !” Lalu seminggu kemudian, ada pabrik buka di daerah si miskin tadi. Akhirnya si miskin tadi bisa mendapat pekerjaan. Selang berapa lama, akhirnya ada rombongan berikutnya masuk ke daerah si miskin tadi. Namun kali ini setelah di ajak untuk ke mesjid, dia berkata, ”Saya tidak ada waktu untuk ke mesjid karena saya sibuk kerja di pabrik dan mengurus keluarga.” Lalu jemaah berkata, “Kalau begitu saya do’akan tuan agar bisa punya waktu untuk ke mesjid.” Namun orang itu malah berkata, “Jangan pabrik itu baru buka, kalau kamu do’akan biar saya punya waktu luang berarti pabrik itu harus tutup. Kalau pabrik tutup saya dan keluarga saya mau makan pakai apa?” Hari ini umat di waktu yang luang dan waktu yang sempit tetap tidak bisa taat kepada Allah. Mau kehidupannya senang ataupun susah, tetap tidak dapat memberikan waktunya untuk Allah. Inilah umat saat ini, bisanya hanya mencari alasan untuk tidak taat kepada Allah. Sungguh beda kehidupan kita dengan sahabat RA.

Allah telah berikan agama kepada manusia untuk membedakan mereka dengan hewan. Jika kita lihat kehidupan hewan ini adalah kawin, melahirkan, makan, minum, kerja, cari makan, lalu mati. Tanpa agama, maka kehidupan kita tidak ada bedanya dengan kehidupan hewan yang hina dan rendah. Begitulah Allah memandang manusia yang tidak mau taat pada Allah, seperti manusia melihat binatang. Kehidupan yang tidak ada agama di mata Allah adalah seperti kehidupan hewan yang hina di mata manusia. Kini kehidupan manusia sudah seperti kehidupan binatang karena jauhnya kehidupan mereka dari agama. Bahkan kini manusia asbab mereka jauh dari agama, hal-hal yang binatang tidak mau lakukan malah dilakukan oleh manusia. Seperti : orang tua membunuh anaknya dengan aborsi atau anak membunuh orang tua demi warisan. Padahal hewan pun masih bisa menjaga kasih sayang di antara keluarganya. Tanpa Agama kehidupan manusia bisa jadi lebih rendah dibanding kehidupan binatang.

Agama itu adalah cara hidup manusia yang telah Allah siapkan untuk di ikuti. Allah akan berikan kepada orang yang taat terhadap aturanNya, kebaikan-kebaikan dunia dan akherat. Di balik perintah Allah ini ada janji-janji Allah dan ada pertolongan dari Allah. Janji Allah dalam setiap perintahNya ini lebih pasti dibandingkan dengan janjinya seorang manusia. Allah sudah tetapkan cara hidup nabi SAW ini sebagai satu-satunya cara yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan ketenangan hidup di dunia dan di akherat. Segala prilaku nabi, pekerjaan nabi, pola hidup nabi SAW telah Allah jadikan sebagai tolak ukur amal kebaikan yang mendatangkan pertolongan Allah. Sudah menjadi ketetapan Allah, selain dari kehidupan Nabi SAW hanya akan mendatangkan kesusahan dan penderitaan yang tidak terbatas. Semua cara hidup selain dari cara hidup Nabi SAW akan mengantarkan manusia kepada kebinasaan. Satu-satunya jalan hidup yang mendatangkan nilai disisi Allah hanya jalan hidup nabi SAW. Inilah yang di ikuti oleh para sahabat, dan inilah yang harus kita ikuti. Jika kita mau mengikuti kehidupan Nabi dan para Sahabat maka nanti Allah akan bangkitkan kita bersama mereka, bukannya bersama Firaun, Qorun, atau Hamman.

Dalam hadits mahfum :

“Barang siapa yang mengikuti kehidupan suatu kaum maka Allah akan bangkitkan dia bersama kaum yang di ikuti tersebut” ( Al Hadits )

Akherat adalah kehidupan yang terbentuk dari amal yang kita lakukan di dunia. Apakah orang itu ketika hidup di dunia memilih hidup cara kekasih Allah atau cara Musuh Allah. Jalan kehidupan Nabi SAW adalah satu-satunya jalan hidup yang dapat menghantarkan kita kepada SurgaNya Allah Ta’ala. Inilah yang namanya jalan keselamatan atau Darrussalam. Para Nabi dan sahabat mengajak manusia kepada jalan keselamatan, sedangkan musuh-musuh nabi mengajak manusia kepada jalan kebinasaan. Allah beri kita kebebasan untuk memilih jalan hidup, jalan mana yang mau kita ambil. Salah ambil keputusan akibatnya adalah kesengsaraan yang tidak ada batasnya. Seseorang menjelang sakratul maut, maka Allah akan tampakkan kepadanya Surga dan Neraka sebagai tempat dia kembali. Kehidupan yang wujud amal-amal agama akan mengantarkan seseorang ke surgaNya Allah. Kehidupan yang tidak wujud amal-amal agama akan mengantarkan orang tersebut ke Neraka JahannamNya Allah.

Iman ini mempunyai rasa, sama seperti rasa buah-buahan, ada yang manis, ada yang hambar, dan ada yang asam. Namun Iman ini hanya bisa dirasakan oleh kita sendiri bukan orang lain. Ketika seseorang suka terhadap suatu makanan, tanpa disuruhpun orang tersebut akan memakannya lagi dan lagi. Begitu juga orang yang merasakan manisnya usaha Iman. Iman ini akan terasa manis sejauh mana kita mengenal Allah. Di mulai dari Allah adalah Rabb kita, yaitu pemelihara tunggal. Jika kita telah mengenal dan meyakini bahwa Allah adalah Rabb kita, maka kita akan menyibukkan diri kita hanya dengan ketaatan kepada Allah. Namun hari ini asbab manusia tidak yakin Allah sebagai pemelihara mereka, yang rizkinya adalah Allah yang menanggung, sehingga hari ini banyak manusia yang lari mencari pertolongan dari selain Allah. Rizki manusia ini seluruhnya datangnya dari Allah, berapa jumlahnya dan kapan habisnya ini hanya Allah yang tau. Rizki ini tidak harus berupa makanan dan kebendaan, tetapi bisa juga berupa ketaatan. Nanti akan datang suatu masa dimana sengan dzikir saja Allah akan berikan orang itu kekenyangan.

Jika Iman lemah maka ibadah-ibadah lain akan lemah, dan do’apun akan melemah. Do’a kita akan mempunyai kekuatan jika Iman kita kuat. Iman yang kuat akan membuat do’a menjadi efektif. Saat ini yang paling penting buat kita adalah bagaimana selama 24 jam ini kita pelihara dan tingkatkan Iman kita. Jadikan usaha atas Iman ini seperti kita menghirup udara, tidak mungkin kita stop menghirup udara. Jika kita keluar 4 bulan setiap tahun, itu baru 1/3 dari udara yang kita perlukan. Mengapa hari ini kita tidak bisa menikmati yang namanya Iman, ini karena kita tidak ada usaha atas Iman. Rasa dari suatu usaha akan timbul dari pengorbanan kita atas usaha tersebut.

Iman akan terasa manis ketika kita mengetahui dan mengenal Allah sebagai Rabb kita. Ketika ini kita akan lupakan pekerjaan kita, kita akan lupakan, perdagangan kita, kita akan lupakan pertanian kita, yang kita mau lakukan hanya menyenangkan Allah. Kita harus mempunyai keyakinan bahwa Allah adalah Rabb kita satu-satunya, pemelihara tunggal. Dari yakin yang kuat akan menghasilkan amal yang kuat. Amal yang berkeyakinan inilah yang Allah mau. Sejauh mana kita menyenangkan tuan kita, sejauh itu tuan kita akan memelihara kita dengan baik, seperti inilah antara Allah dengan hambanya. Jika Allah tunjukkan dirinya pada kita, maka segalanya akan berubah bagi kita di dunia ini. Kita akan melupakan dunia dan hanya mengabdi pada Allah. Mudah saja bagi Allah membuat manusia ini beriman, tetapi yang Allah mau adalah melihat manusia ini berkorban untuk perkara Iman. Allah sudah punya malaikat sebagai ahli ibadah yang dapat mengetahui langsung Allah sebagai Rabb seluruh alam. Inilah yang menyebabkan iman manusia lebih afdhol dibanding iman para malaikat.

Manusia mempunyai tradisi, namun jika agama sudah siap kita ambil sebagai pedoman hidup, maka yang namanya tradisi ini harus ditinggalkan. Dan Agama juga bukan tradisi atau sekedar ibadah-ibadah formalitas. Kita membuat agama menjadi tradisi dan formalitas karena kita tidak mengenal agama kita sendiri. Agama ini adalah solusi bagi seluruh masalah kita jika kita yakini dan kita jalani dengan benar. Masalahnya hari ini karena kelemahan Iman kita, sehingga kita jalani agama ini sebatas rutinitas ibadah dan formalitas. Untuk dapat menghilangkan tradisi adat istiadat dan ibadah formalitas, kita harus yakin dulu pada perintah Allah dan apa yang diucapkan oleh Nabi SAW. Jika kita tidak mau meninggalkan tradisi demi perintah Allah dan sunnah Nabi SAW maka adzab Allah akan turun. Masalah akan datang jika kita tinggalkan perintah Allah dan Sunnah Nabi SAW. Sedangkan adzab Allah ini terjadi di dunia dan di akherat, di duniapun Allah akan adzab kita jika kita tidak mau taat.

Segala sesuatu yang kita lakukan ini di dunia telah tercatat oleh malaikat “Kiroman Katibin”, Malaikat pencatat. Ini adalah suatu kenyataan yang tidak bisa di pungkiri oleh orang yang mempunyai Iman. Semua alat tubuh kita dari tangan, kaki, mata, telinga, perut, hati, dan fikiran adalah alat untuk mendapatkan Iman. Jika ini tidak kita gunakan untuk Allah, maka kita akn gunakan untuk selain Allah, dan ini akan Allah hisab. Semuanya akan menjadi saksi atas amal baik dan amal buruk yang kita kerjakan. Peralatan tubuh ini dapat menjadi alat untuk mendapatkan Iman atau merusak Iman, semuanya tergantung pada kita. Kita akan di hisab oleh Allah untuk setiap waktu yang di gunakan, nikmat yang telah di berikan,amal yang telah di kerjakan, dan keburukan yang telah kita lakukan. Segala hasil yang kita terima di kehidupan Akherat akan dinilai dari kebaikan dan keburukan yang kita lakukan di dunia.

Perbedaan antara orang kafir dan orang beriman terletak pada keyakinan terhadap kehidupan sesudah mati. Hari ini kenapa kehidupan kita tidak jauh seperti orang kafir. Ini karena keyakinan kita terhadap kehidupan sesudah mati sama seperti mereka. Kalau kita mempunyai keyakinan terhadap kehidupan sesudah mati, maka seluruh nikmat dunia kita akan terasa hambar dan kita hanya akan memikirkan kehidupan akherat kita saja. Ketika kita berikrar :

1. Rodhi tubillah hi Rabba :
Mengakui Allah sebagai Rabb kita

2. Wabil Islami Dina :
Mengakui Islam sebagai Cara Hidup kita

3. Wabil Muhammaddiya wa Rasulla :
Mengakui Muhammad sebagai Rasul

4. Wabil Qur’anni Imama wa Hakama :
Mengakui Qur’an sebagai Imam dan sumber hukum

Jika ini sudah kita ikrarkan maka sudah seharusnya tugas kita tidak lain adalah menyenangkan Allah semata. Segala Imbalan yang Allah berikan kepada kita di dunia dan di akherat hanya bisa di dapat dengan Agama. Sejauh mana kita menjalankan ini secara sempurna, sejauh itu Allah akan memberikan kepada kita imbalan di dunia dan di akherat. Nabi SAW telah memberikan hidupnya selama 24 jam kepada manusia untuk di ikuti, dan tidak ada yang dirahasiakan Nabi SAW kepada manusia.

Dengan Dakwah maka akan tercipta suasana Imaniat dan suasana Amaliat. Jika suasana Agama terbentuk maka Iman kita akan terjaga dan terpelihara. Suasana Amal Madinah adalah salah satu sarana yang menyebabkan Iman para sahabat terpelihara dan terjaga. Sahabat berkata “Tuhanku adalah tuhan yang satu yaitu Allah dan Nabiku adalah Muhammad Rasullullah. Tiada cara hidup lain yang saya ikuti selain cara hidup Rasullullah SAW. Hidupku hanya untuk Allah dan RasulNya semata. Seluruh yang aku miliki hanya untuk Allah dan Rasulnya semata.” Inilah keyakinan sahabat, sehingga berbagai penderitaan dan cobaan sanggup mereka lewati.

Iman sahabat adalah bukti Iman dan kehidupan yang sempurna. Kehidupan Nabi SAW adalah contoh kehidupan yang sempurna disisi Allah. Sahabat semuanya dapat mengikuti kehidupan yang telah di contohkan oleh Nabi SAW. Para kaum kafirin dengan siksaan yang telah mereka berikan kepada sahabat, berharap agar sahabat mau meninggalkan keimanan mereka. Namun apa yang terjadi, justru asbab penyiksaan para kaum kafirin, Iman sahabat jadi meningkat, tidak berkurang sedikitpun. Bilal RA pernah di tanya kapan masa dia paling bahagia, dia menjawab, “Ketika aku disiksa oleh majikanku Abu Jahal ketika itu, di panggang dibawah terik matahari dan di tindih dengan batu yang besarnya melebihi bobotku.” Inilah asbab keimanan sahabat yaitu dengan pengorbanan dan bersusah payah untuk Iman.

Sahabat disiksa karena melakukan usaha atas Iman. Sahabat juga berdagang, hanya saja perdagangan mereka sering diganggu oleh kaum kafir asbab usaha dakwah yang mereka lakukan. Inilah pengorbanan sahabat buat agama. Untuk perkara ini kita perlu siapkan diri kita berkorban seperti Sahabat RA. Tahap pertama adalah belajar berkorban keluar di jalan Allah untuk mendapatkan Iman.